Ziarah Ke Makam Sultan Malikussaleh dan Makam Sultanah Nahrasiyah

Makam Sultan Malikussaleh

Makam Sultan Malikussaleh dan Makam Sultanah Nahrasiyah adalah dua makam yang terletak di Kecamatan Samudera Kabupaten Aceh Utara. Kedua makam ini telah dipugar sedemikian rupa oleh pemerintah.

Saya berziarah ke kedua makam tersebut bersama murid-murid MTsN 1 Kota Lhokseumawe. Kebetulan mereka berkesempatan untuk studi tur dalam rangka untuk mempelajari sejarah Kerajaan Islam Samudra Pasai. Kami berangkat dengan menggunakan dua unit bus sekolah sekitar pukul 09.30 WIB.

Perjalanan dari madrasah kami ke lokasi tujuan sekitar 40 menit. Sepanjang perjalanan, anak-anak tampak gembira sambil bernyanyi dengan suara lantang. Saya hanya bisa menggeleng-geleng kepala saja melihat tingkah mereka yang berebut untuk diputarkan lagu kesukaan masing-masing. Perjalanan yang memang tidak seberapa jauh itu benar-benar terasa singkat bagi kami. Bus telah tiba di depan Komplek Makam Sultan Malikussaleh. 

Murid-murid MTsN 1 Kota Lhokseumawe memasuki komplek makam Sultan Malikussaleh didampingi oleh guru.

Kami pun turun dari bus dan mulai masuk ke komplek makam dengan tertib. Suasana komplek makam tampak lengang. Hanya terlihat sepasang manusia yang sedang beribadah tepat di samping makam sang sultan. Dari kejauhan, saya melihat makam tersebut ditutupi dengan tirai tiga lapis kain; lapisan terluar berwarna toska, lapisan tengah berwarna putih dan lapisan dalam berwarna kuning emas. Keliling kain yang tersebut terbentuk seperti kubus serupa Kakbah di Mekkah. 

Saat rombongan kami mulai mendekati makam sang sultan, para peziarah tersebut tidak terusik dengan kehadiran kami. Mereka masih fokus mengucapkan zikir-zikir dan doa-doa. 

Komplek Makam Sultan Malikussaleh
Warga sedang beribadah di samping makam Sultan Malikussaleh

Kami mulai memasuki tempat di mana sang sultan bersemayam. Saya memperhatikan ke sekeliling dan melihat ada beberapa makam yang tidak bernisan. Makam tersebut hanya terdiri dari dua buah batu seakan ingin memberitahukan kepada peziarah bahwa di dalamnya ada jasad yang terkubur.

Saya sempat menanyakan kepada salah seorang penjaga makam (sayangnya saya lupa bertanya nama beliau), bahwa kuburan yang terdapat di sekitar makam sang sultan merupakan makam-makam orang yang berjuang bersama sultan. Sulit untuk memastikan kebenarannya karena tidak terdapat nisan yang utuh di sana. 

Beberapa makam di Makam Sultan Malikussaleh
Makam-makam yang berada di dekat Makam Sultan Malikussaleh tampak tidak memiliki nisan

Sang penjaga makam menerima kehadiran kami dengan sambutan hangat dan terbuka. Anak-anak duduk dengan tertib karena sang penjaga makam akan mengisahkan tentang sejarah epik Sultan Malikussaleh. 

Dengan meyakinkan beliau bercerita bahwa Sultan Malikussaleh adalah seorang raja yang saleh dan adil bijaksana terhadap rakyatnya. Sultan memerintah di Kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13. Nama sultan pada masa lalu adalah Meurah Silu. Oleh karena sang sultan terkenal dengan kesalehannya, makanya orang-orang memanggil Sultan dengan Malik Ash-Shaleh, artinya raja yang saleh.

Salah seorang penjaga makam sedang mengisahkan sejarah epik Sultan Malikussaleh
Salah seorang penjaga makam sedang mengisahkan sejarah epik Sultan Malikussaleh

Tidak dapat dipungkiri beliau adalah penganut Islam yang amat saleh dan memerintah kerajaan berdasarkan nilai-nilai Al-Quran dan Hadits Nabi. Hal itu bisa dibaca dalam literatur sejarah di mana para pelancong dunia pernah menabalkan kisah tersebut dalam catatan mereka. Di antara pelancong itu adalah Marco Polo dan Ibnu Batutah.

Marco Polo dalam ekspedisinya membenarkan bahwa Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan Islam yang telah megah berdiri pada masa tersebut. Pernyataan tersebut ditegaskan juga oleh Ibnu Batutah, pengembara asal Maroko. Ibnu Batutah menceritakan bagaimana kehidupan sosial masyarakat di Samudra Pasai yang telah mengenal mata uang koin emas saat bertransaksi. 

Dari kedua catatan pelancong dunia tersebut maka Kerajaan Samudra Pasai layak disejajarkan dengan kerajaan-kerajaan besar di dunia dan memberikan pengaruh dalam penyebaran Islam di Nusantara. Penjelasan demi penjelasan dari sang penjaga makam dapat dipahami dengan baik oleh para siswa yang mendengarkan dengan penuh saksama.

Para siswa mendengarkan penjelasan tentang kisah Sultan Malikussaleh
Para siswa mendengarkan penjelasan tentang kisah Sultan Malikussaleh.

Setelah Sultan Malikussaleh wafat, tongkat kepemimpinan beralih kepada Sultan Malikuz Zahir yang makamnya berada di samping Sultan Malikussaleh. Pada masa Sultan Malikuz Zahir (1297-1326 M), kegiatan perdagangan di kerajaan semakin meningkat dan penggunaan mata uang koin emas dirham juga semakin banyak. Perputaran uang di masa ini mengantarkan rakyatnya bertambah makmur. Oleh karena itu, sebagai generasi muda, kita tidak boleh melupakan bagaimana sejarah masa lalu negeri kita yang ternyata pernah jaya hingga mendunia pada masa tersebut.

Setelah mendengarkan cerita singkat tentang Sultan Malikussaleh dan Sultan Malikuz Zahir, rombongan peziarah melanjutkan kunjungannya ke Makam Sultanah Nahrasiyah yang tidak seberapa jauh dari komplek Makam Sultan Malikussaleh. Letak Makam Sultanah Nahrasiyah berada di desa tetangga,  Gampong Kuta Krueng.

Komplek Makam Sultanah Nahrasiyah
Para siswa MTsN 1 Kota Lhokseumawe mengunjungi Makam Sultanah Nahrasiyah.

Di dalam komplek makam ini terdapat banyak sekali makam kuno. Sebagiannya memang tidak teridentifikasi karena beberapa nisan tidak memiliki nama. Berbeda dengan beberapa nisan kuno yang terukir kaligrafi indah, seperti makam sang ratu sendiri.

Saya sempat bingung untuk menentukan yang mana makam Sultanah Nahrasiyah karena di sini terdapat dua makam indah nan kokoh. Oleh pendudukan di sana menyebutkan bahwa di samping makam sultanah adalah makam ayahanda beliau, yaitu Sultan Zainal Abidin Malik Az-Zahir. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa di samping itu adalah monumen untuk makam. 

Terlepas dari hal tersebut, saya sangat menikmati keindahan kedua makam tersebut yang dibangun dengan batu pualam. Ada deretan lukisan kaligrafi indah di setiap sisinya. Anak-anak pun terpukau dengan keindahan makam-makam tersebut.

Salah satu sisi penampakan makam Sultanah Nahrasiyah
Salah satu sisi penampakan makam Sultanah Nahrasiyah.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Sultanah Nahrasiyah adalah ratu yang pernah memimpin Kerajaan Samudra Pasai setelah ayahnya Sultan Zainal Abidin wafat. Beliau memerintah mulai tahun 1405-1412 M. Meskipun tergolong singkat, namun beliau memerintah dengan penuh kasih sayang sehingga rakyatnya pun hidup makmur. Kerajaan Samudra Pasai hidup sejahtera sehingga jarang sekali terdengar adanya pemberontakan maupun perlawanan dari rakyatnya sendiri.

Di dalam komplek makam ini banyak sekali terdapat makam-makam yang tergolong unik. Konon katanya Raja Bakoy juga dimakamkan di sini. Ada legenda yang menyebutkan bahwa Raja Bakoy adalah raja yang ingin menikahi anak kandungnya sendiri. Hal tersebut ditentang oleh pemuka agama. Oleh karena itu, kondisi makam Raja Bakoy makin lama makin terlihat pendek. 

Kemudian ada juga yang unik di sini yaitu makam dengan ukuran yang sangat panjang hingga dua meter lebih. Saya tidak menemukan jawaban yang jelas mengenai siapa itu. Ada yang mengatakan bahwa itu adalah makam panglima perang, ada juga yang mengatakan seorang ulama, ada juga yang mengatakan makam orang biasa. 

Makam panjang di komplek Makam Sultanah Nahrasiyah
Makam panjang di komplek Makam Sultanah Nahrasiyah.

Setelah menziarahi kedua makam tersebut, anak-anak MTsN 1 Kota Lhokseumawe telah memperoleh sedikit banyaknya wawasan tentang pimpinan-pimpinan Kerajaan Samudra Pasai. Tujuan kami selanjutnya adalah Museum Islam Samudra Pasai di mana pada artikel sebelumnya pernah saya tulis tentang program belajar bersama di museum yang diikuti oleh siswa kelas lainnya.

0 Response to "Ziarah Ke Makam Sultan Malikussaleh dan Makam Sultanah Nahrasiyah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel