Kisah Anas bin Malik: Perjalanan Hidup Sahabat Setia Nabi Muhammad SAW

 

Kisah Anas bin Malik: Perjalanan Hidup Sahabat Setia Nabi Muhammad SAW

Anas bin Malik Abu Hamza al-Khazraji al-Ansari merupakan seorang sahabat yang sangat mulia dan telah menjadi pelayan setia bagi Nabi Muhammad SAW. Ia lahir di Madinah sepuluh tahun sebelum hijrah. Keluarganya berasal dari klan Najjar suku Khazraj, yang merupakan salah satu dari dua suku terkemuka di Madinah. Nabi Muhammad memberinya gelar Abu Hamza.

Ketika beliau berusia sepuluh tahun, ibunya yang mulia, Umm Sulaim, menyerahkan Anas kepada Nabi Muhammad. Dia tinggal di dekat Nabi, sehingga ia mengamati dan mengingat dengan teliti rincian kehidupan sehari-hari dan cara hidup Nabi.

Karena pengabdiannya kepada Nabi, Anas bin Malik telah menjadi seorang perawi hadis yang produktif; beliau adalah salah satu dari tujuh sahabat yang disebut mukthirun karena telah mentransmisikan jumlah laporan dari Nabi yang sangat tinggi. Dengan sekitar 2.286 hadis (termasuk pengulangan), beliau menduduki peringkat ketiga di antara mukthirun.

Selain hadis-hadis yang beliau dengar langsung dari Nabi sendiri, beliau belajar dan menyampaikan hadis dari sahabat-sahabat seperti Abu Bakar, Umar, Usman, Fatimah,  Mu’adh bin Jabal, ‘Usaid bin Hudair, Abu Dharr al-Ghifari, Umm Sulaim (ibu Anas bin Malik), Umm Haram binti Milhan (bibi Anas bin Malik), ‘Ubada bin Samit, dan Abu Talha.

Selain itu, beliau juga menjadi pengajar hadis. Ada beberapa tokoh terkenal yang belajar hadis kepada Anas bin Malik, di antaranya adalah Hasan al-Basri, Ibnu Sirin, Sha’bi, Abu Kilaba al-Jarmi, Makhul bin Abi Muslim, ‘Umar bin ‘Abd al-‘Aziz, Zuhri, Qat’ada bin Diama, dan Abu Amr bin Ala.

Kedatangan Nabi Muhammad di Madinah

Anas bin Malik menceritakan kegembiraan dan kebahagiaan penduduk Madinah saat kedatangan Nabi Muhammad sebagai berikut:

Anak-anak Madinah berteriak: "Muhammad datang! Muhammad datang!" Saya mulai berlari dan berseru bersama mereka. Akhirnya, Rasulullah muncul bersama Abu Bakar. Ketika kami melihat mereka mendekat, seorang lelaki mengirim kami kembali ke kota, meminta kami untuk memberi tahu semua orang bahwa Rasulullah telah tiba. Kami segera berlari kembali dan memberi tahu semua orang.

Sekitar lima ratus kaum Ansar Madinah keluar untuk menyambut mereka. Setelah Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah, para Ansar bersaing untuk melayani beliau. Dalam hal ini, ibu Anas bin Malik berada dalam keadaan hampa saat itu, karena beliau tidak memiliki apa-apa yang bisa ditawarkan. Jadi beliau memegang tangan Anas dan pergi ke Nabi, beliau berkata:

"Wahai Rasulullah, saya seorang wanita miskin. Saya tidak memiliki apa-apa yang bisa membantu Anda. Ini adalah anak saya; saya meninggalkannya kepada Anda agar dia bisa membantu dan melayani Anda. Tolong terimalah dia."

Nabi Muhammad SAW tidak menolak permintaannya.

Setelah Masa Kenabian

Setelah wafatnya Nabi Muhammad, Khalifah yang baru terpilih, Abu Bakar, menugaskannya sebagai pemungut zakat dan mengirimnya ke Bahrain.

Lalu selama pemerintahan 'Umar, beliau sibuk dengan pendidikan umat Islam di Basra. Beliau juga menjadi anggota dewan para Sahabat terkemuka, yang dibentuk oleh Sayyiduna 'Umar untuk memberikan nasihat dan konsultasi.

Setelah berada dalam waktu singkat di Damaskus, beliau kembali ke Basra dan melanjutkan pekerjaannya. Beliau ikut dalam kampanye militer yang terjadi selama pemerintahan 'Umar, termasuk penaklukan Tustar. Setelah penaklukan itu, beliau ditugaskan untuk mengangkut harta rampasan perang kembali ke Madinah.

Beliau berhasil menjauh dari kerusuhan politik dan polarisasi yang dimulai selama pemerintahan Usman dan terus meningkat. Dalam periode ini, satu-satunya jabatan resmi yang dipegangnya adalah gubernur Basra, yang bersamaan dengan masa kepemimpinan 'Abdullah bin Zubair dan hanya berlangsung selama empat puluh hari.

Setelah keterlibatan resmi singkat ini, beliau kembali ke kehidupannya sebagai pendidik dan pengajar.

Keberaniannya dalam Memperjuangkan Kebenaran dan Keadilan

Anas bin Malik selalu berani dan tegas dalam perjuangannya melawan penindasan dan ketidakadilan, dan beliau tidak pernah mundur dari kejujuran.

Pernah suatu ketika, kepala yang terputus dari cucu Nabi Muhammad SAW, Husain, dibawa kepada gubernur Iraq, 'Ubaidillah bin Ziyad, yang mulai mencemarkan nama baik Husain. Anas bin Malik hadir selama insiden ini, dan beliau memarahi gubernur dengan menginterupsi dan berkata:

“Kepala ini terlihat seperti kepala Nabi!”

Karena beliau menentang praktik rezim Umayyah, beliau dicela dan dianiaya, bersama dengan sahabat-sahabat lain seperti Jabir bin 'Abd Allah dan Sahl bin Sa'd.

Salah satu penindas mereka adalah gubernur Iraq, Hajjaj, yang menghina mereka di depan publik, bahkan sampai mengambil semua hartanya, dengan klaim bahwa dia membantu pemberontak yang menentang pemerintah. Anas bin Malik menulis surat keluhan kepada khalifah Umayyah 'Abd al-Malik bin Marwan dan memberitahunya tentang ketidakadilan yang dialami, dan khalifah mengirim perintah dari ibukota kepada Hajjaj, memerintahkannya untuk mengembalikan hartanya dan meminta maaf kepada Anas bin Malik.

Peran Khusus Anas bin Malik di Antara Para Sahabat

Kualitas paling penting yang membedakan Anas bin Malik di antara para sahabat adalah pelayanannya kepada Nabi Muhammad selama bertahun-tahun dan fakta bahwa beliau dibesarkan di bawah bimbingan Nabi secara langsung. Beliau juga belajar banyak masalah agama langsung dari Nabi, dan dia kemudian menghabiskan hidupnya untuk mengajarkan dan menyebarkan pengetahuan ini.

Banyak laporan tentang perilaku Nabi terhadap orang lain, terutama anak-anak; cara mengajar dan mendidik; dan banyak praktik etika lainnya turun kepada kita dari Anas bin Malik. Beliau menceritakan, misalnya, bahwa beliau tinggal bersama Nabi untuk waktu yang sangat lama dan bahwa beliau tidak pernah mendengar sepatah kata celaan dari Nabi Muhammad SAW, meskipun beliau tidak selalu bisa berperilaku sesuai dengan yang diinginkan Nabi.

Beliau juga menceritakan:

Rasulullah SAW memiliki akhlak yang paling sempurna, dada yang paling lapang, dan beliau yang paling penyayang. Suatu hari, beliau mengirim saya untuk menjalankan suatu tugas, tetapi anak-anak di pasar memanggil saya untuk bermain bersama mereka, dan saya tidak melanjutkan ke tempat yang telah diperintahkan kepada saya. Ketika kami selesai bermain, saya merasakan seseorang berdiri di belakang saya, memegang kemeja saya. Saya berbalik, dan saya menemukan Rasulullah tersenyum pada saya, berkata: 'Wahai Unays, apakah kamu pergi ke tempat yang saya minta?'

'Ya,' saya bingung, 'Saya sekarang pergi, Wahai Rasulullah.'

Saya bersumpah dengan Allah, saya melayani Nabi selama sepuluh tahun, dan tidak sekali pun Nabi berkata, 'Mengapa kamu melakukan itu?' atau, 'Mengapa kamu meninggalkan itu?'

Karena kasih sayangnya kepada Anas bin Malik, Rasulullah lebih suka memanggilnya dengan sebutan kecil, berkata: "Wahai Unays" atau "Wahai bunayy (anak kecil)". Beliau secara konsisten memberikan nasihat dan sering memberikan pengingat yang bermanfaat kepada Anas bin Malik, mengisi hatinya dan menjadikan pikirannya sibuk.

Sebagai contoh, beliau pernah berkata kepada Anas bin Malik:

Wahai anak kecil, jika kamu mampu untuk bertemu pagi dan petang tanpa kebencian di hatimu terhadap jiwa lain, maka lakukanlah. Wahai anak kecil, itu adalah Sunnahku, dan siapa pun yang hidup dengan Sunnahku telah menunjukkan cintanya kepada saya, dan siapa pun yang mencintaiku akan bersamaku di Surga. Jika kamu masuk ke rumahmu, sambutlah mereka dengan salam, karena itu akan membawa berkah bagi kamu dan keluargamu.

Laporan semacam itu memberikan panduan kenabian yang tak ternilai harganya dan informasi tentang pendidikan anak-anak dan pemuda.

Peran Anas bin Malik Setelah Masa Kenabian

Anas bin Malik hidup selama sekitar delapan puluh tahun setelah Rasulullah wafat, yang dihabiskannya untuk mengajarkan kepada orang lain pengetahuan yang telah beliau peroleh, dan menyampaikan pemahaman kenabian tentang agama. Anas bin Malik mulai menyebarkan perkataan-perkataan mulia dan tindakan mulia Rasulullah serta menyampaikan petunjuk kenabian beliau, menyemangati hati para Sahabat dan Pengikut.
Selama sisa hidupnya, Anas bin Malik tetap menjadi gudang pengetahuan bagi komunitas Muslim, dan setiap kali mereka menghadapi masalah atau kesulitan memahami suatu masalah agama, mereka segera mendatanginya.

Pada suatu kesempatan, sekelompok orang yang terutama suka berdebat mulai bertengkar tentang keberadaan Hawd (Kolam) Rasulullah pada Hari Penghakiman, dan mereka datang untuk bertanya kepada Anas bin Malik. Dia berkata:

"Saya tidak pernah berpikir bahwa saya akan hidup untuk melihat orang-orang bertengkar tentang keberadaan Hawd. Ada wanita tua sebelum saya yang tidak pernah menyelesaikan shalat tanpa meminta Allah untuk membasahi mereka dari Hawd Rasulullah."

Anas bin Malik selalu mengingat waktu bersama Rasulullah. Beliau akan mengenang dengan sukacita hari pertama mereka bertemu, dan menangis banyak air mata atas hari mereka berpisah. Beliau sering mengulangi percakapannya sebelumnya dengan Rasulullah dan tekun dalam mengikuti perkataan dan tindakan beliau.

Anas bin Malik mencintai apa pun yang dicintai oleh Rasulullah, dan tidak menyukai apa pun yang tidak disukai oleh Nabi. Anas mengingat dua hari ini - saat pertama kali mereka bertemu dan saat terakhir mereka berpisah dari Rasulullah - lebih dari yang lain. Ketika yang pertama disebutkan, Anas akan merasa gembira dan hidup, tetapi saat yang kedua menyelinap ke dalam pikirannya, beliau akan menangis dengan keras, begitu juga dengan orang-orang di sekitarnya.

Anas bin Malik sering mengatakan:

Saya menyaksikan hari ketika Nabi datang kepada kami, dan saya menyaksikan hari ketika beliau diambil dari kami, dan saya tidak pernah melihat dua hari lain seperti mereka. Hari beliau memasuki Madinah, semuanya terang benderang, dan hari beliau pergi mendekati Tuhannya, semuanya tertutup kegelapan.

Terakhir kali saya melihat Nabi adalah pada hari Senin, ketika beliau menarik tirai ke ruang tinggalnya. Saya melihat wajahnya, dan itu seperti halaman mushaf. Orang-orang sedang shalat di belakang Abu Bakr dan menghadap arah Rasulullah. Mereka hampir terganggu dari shalat mereka, tetapi Abu Bakar mengisyaratkan kepada mereka [dengan tangannya] untuk melanjutkan. Rasulullah wafat pada akhir hari itu. Kami tidak pernah lagi melihat pemandangan yang begitu indah atau megah seperti wajahnya ketika kami menguburkan tubuh suci beliau di dalam tanah.

Anas bin Malik adalah seorang sahabat yang berusaha membentuk seluruh aspek kehidupannya sesuai dengan contoh Rasulullah, dan beliau berhasil dalam usaha ini dalam tingkat yang besar. Abu Hurairah bersaksi bahwa cara dia melaksanakan shalat sangat mirip dengan cara Rasulullah shalat.

Doa Nabi Muhammad untuk Anas bin Malik

Rasulullah berdoa untuk Anas bin Malik dalam beberapa kesempatan. Pernah beliau berdoa:

"Ya Allah, berilah dia kekayaan dan anak-anak, dan berkahilah keduanya."

Dalam versi lain, Nabi telah berdoa untuknya:

"Ya Allah, tambahkan kekayaan dan anak-anaknya, berikan dia umur yang panjang, berkahilah dia, dan masukkan dia ke dalam surga."

Allah pasti menerima doanya, karena Anas bin Malik adalah yang paling kaya di antara semua Ansar, dan diberkati dengan anak-anak yang paling banyak. Sesungguhnya, dia memiliki lebih dari seratus anak dan cucu secara keseluruhan, dan Anas hidup hingga usia 103 tahun.

Hari-hari Terakhir Anas bin Malik

Meskipun demikian, Anas bin Malik sangat mengharapkan syafaat Nabi pada Hari Kiamat, dan dia akan berkata:

"Saya berharap dapat bertemu dengan Rasulullah pada Hari Penghakiman, sehingga saya bisa berkata kepadanya: 'Wahai Rasulullah, ini adalah hamba kecilmu, Unays.'"

Ketika Anas ibn Malik menderita sakit parah dalam penyakit terakhirnya dan menjelang kematian, dia berkata kepada keluarganya:

"Pastikan bahwa saya mengucapkan: 'Tidak ada ilah [yang patut disembah] kecuali Allah. Muhammad adalah Rasul Allah.”

Dan dia terus mengulang kata-kata itu hingga beliau wafat. Dia telah meminta agar dikuburkan dengan tongkat kecil yang sebelumnya milik Rasulullah, sehingga tongkat itu diletakkan di antara sisi tubuhnya dan pakaiannya.

Semoga Anas bin Malik al-Ansari puas dan bahagia dengan kebaikan yang Allah anugerahkan padanya. Beliau tinggal dalam perawatan Rasulullah selama sepuluh tahun, dan Anas adalah narator hadis yang paling produktif ketiga setelah Abu Hurairah dan Abdullah ibn Umar. Beliau telah meriwayatkan 2.286 hadis.

Semoga Allah memberi Anas bin Malik dan ibunya, al-Ghumaysa, pahala yang melimpah atas pelayanan mereka kepada Islam dan komunitas Muslim.

0 Response to "Kisah Anas bin Malik: Perjalanan Hidup Sahabat Setia Nabi Muhammad SAW"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel