Pengalaman Berobat di Poli Jantung RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh

Hari Pertama

Pada tanggal 12 April 2023, saat itu bertepatan dengan 21 Ramadan 1444 H, saya menemani abang kandung untuk berobat jalan ke RSUD Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh tepatnya di Poli Jantung.

Sebagai pasien baru, kami mengambil nomor antrian. Saat mengambil nomor antrian itu, jam menunjukkan pukul 07.30 WIB dengan nomor antri A16. Untuk pasien baru diberi kode A sedangkan pasien lama atau pasien kontrol ulang dengan kode B. Saat itu pasien sudah mulai ramai. Kami berpikir bahwa hari itu bakalan panjang dan lama. 

Ketika sudah di loket pendaftaran, terlihat petugas agak kebingungan dengan surat rujukan dari RS Arun Lhokseumawe. Di sana tertulis kardiovaskular. Petugas memberi opsi kepada kami untuk berobat ke Poli Penyakit Dalam atau Poli Jantung. Kami pun kebingungan dan bertanya balik. Lalu abang saya meminta untuk ke Poli Penyakit Dalam dulu. Mungkin saja penyakit yang dialaminya bukan jantung, melainkan lambung. 

Oya, sebelum kami berobat di RSUDZA, abang saya pernah berobat ke beberapa dokter spesialis di Lhokseumawe. Dokter-dokter tersebut memiliki diagnosa yang berbeda-beda. Ada yang memvonis bahwa penyakitnya adalah kelainan jantung dan ada juga yang mengatakan bahwa nyeri yang dialami selama ini disebabkan oleh gangguan lambung. Dokter-dokter di sana pun memberikan obat-obatan. Tapi obat-obatan tersebut belum memberikan hasil yang signifikan. 
 
Oleh RS Arun Lhokseumawe menyarankan agar abang saya berobat ke RSUDZA. Nah, di sinilah kami sekarang berada. Ini pengalaman pertama bagi abang saya karena sebelumnya ia tidak pernah berurusan dengan masalah kesehatan. Jadi, ia mengajak saya untuk menemaninya ke rumah sakit. Saya sendiri pernah berurusan dengan Poli Jantung ini sekitar akhir tahun 2021. Saat itu saya juga mengalami nyeri di dada dan mudah kelelahan. Serangkaian tes untuk melihat kondisi jantung telah dilakukan, seperti EKG, Echocardiografi (Echo jantung), dan tes treadmill. Alhamdulillah, hasil-hasil tersebut menunjukkan arah negatif. Artinya jantung saya masih sehat-sehat saja.
 
Dari loket pendaftaran, kami menuju ke Poli Penyakit Dalam di lantai 2. Setiba di sana, beberapa pasien tampak menunggu di depan poli. Saya menyerahkan berkas administrasi ke petugas. 15 menit kemudian, nama abang saya dipanggil dan kami bergegas ke sana. Petugas mengatakan bahwa kami harus menuju ke Poli Jantung. Waduh, dari tadi kami menunggu dan ternyata kami diarahkan ke poli lain. Abang saya tampak kesal dan sesekali menggerutu karena tidak bertemu dengan dokter spesialis penyakit dalam.
 
Pengalaman berobat di RSUDZA Banda Aceh
Antrian pasien di Poli Jantung RSUDZA Banda Aceh.
 
Di Poli Jantung, antrian pasien sangat ramai. Hari itu hanya ada dua orang dokter yang bertugas, yaitu dr. Maha Fitra dan dr. Azhari Gani. Petugas menanyakan kepada kami ingin konsultasi ke dokter mana. Saya kebingungan karena tidak mengetahui latar belakang keduanya. Kemudian saya menjawab agar berkas kami ditempatkan ke dokter yang tersedia. Oleh petugas, berkas kami dimasukkan ke daftar pasien dr. Azhari Gani. Namun, saya baru menyadari bahwa hanya dr. Maha Fitra yang sudah masuk ke poli. Bisa dibayangkan bagaimana dokter itu harus menghadapi pasien yang begitu banyaknya. Kami pun menunggu. Sang dokter pun belum tiba. Lebih dari satu jam kami menunggu dan tidak ada tanda-tanda apa pun. Abang saya semakin kesal karena ia memang tipe yang tidak sabaran. 

Lalu saya meminta kepada petugas agar berkas kami dimasukkan saja ke dr. Maha Fitra. Dan tidak lama kemudian, nama abang saya mulai dipanggil untuk masuk ke dalam poli. Sebelum melakukan konsultasi dengan dokter, terlebih dahulu pasien dilakukan pengecekan darah. Hasil tensi darah abang saya adalah 133 / 81 dan masih dalam kadar yang normal. Di dalam poli, kami harus menunggu lagi. Hampir setengah jam kami menunggu dan baru kami memperoleh kesempatan untuk menemui dokter.

Saya pun menceritakan semua keluhan yang dialami oleh pasien. Dokter menyimak dengan seksama dan menyarankan untuk tes EKG terlebih dahulu. Setelah pengecekan EKG, kami kembali menemui dokter. Dari hasil tes EKG menunjukkan jantung pasien tidak mengalami masalah yang signifikan. Tapi, itu belum bisa menjadi acuan. Kemudian dokter menyarankan untuk tes darah dan foto. Nah, pada hari itu, hanya tes darah yang bisa kami lakukan. Sedangkan untuk foto tidak bisa dilakukan karena kertas klaim BPJS telah habis kami gunakan. Oya, saat pendaftaran pasien hanya diberikan kertas klaim beberapa lembar, yang berwarna putih, hijau, kuning, dan merah. Saat di Poli Penyakit Dalam diambil satu, saat EKG diambil satu, saat tes darah diambil satu, dan untuk Poli Jantung satu. Jadi, untuk foto rontgen tidak tersedia lagi lembarannya sehingga kami harus kembali besok.
 
Pengalaman berobat di RSUDZA Banda Aceh
Pasien sedang menunggu dipanggil oleh petugas untuk menemui dokter.

Saat tes darah, tidak terlalu lama kami menunggu. Hanya ada beberapa pasien saja. Tapi, hasil tes darah harus diambil keesokan harinya. Pada hari pertama kami berobat, kami belum memperoleh hasil diagnosa penyakit yang dialami oleh abang saya. Kami harus kembali lagi besok ke Poli Jantung.

Hari Kedua

Pada hari kedua, kami tiba di rumah sakit sekitar pukul 08.30 WIB. Dari loket pendaftaran, kami hanya berada sekitar kurang dari setengah jam. Tidak terlalu lama juga karena banyak loket pendaftaran yang petugasnya siaga. 

Saat di poli, saya berharap bisa melakukan foto dan sekaligus konsultasi dengan dokter. Saya tidak tahu siapa dokter yang bertugas di hari itu. Oleh petugas mengatakan bahwa tidak mungkin untuk konsultasi dengan dokter pada hari tersebut sekaligus melakukan foto rontgen. Karena hasil foto dada akan selesai pada keesokan harinya.

"Apa tidak bisa siap hari ini untuk hasil fotonya?" tanya saya bersikeras.

"Tidak!" jawab petugas, "karena banyak sekali pasien yang harus ditangani sehingga memerlukan waktu yang agak lama bagi dokter untuk membaca hasil fotonya."

Saya agak kecewa, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Petugas menulis surat kontrol ulang dan kami harus kembali keesokan harinya. Dari Poli Jantung, kami menuju ruang Radiologi untuk foto dada. Di sana tidak butuh waktu lama. Hanya sebentar saja dan selesai. Dari Radiologi, kami menuju ke laboratorium untuk mengambil hasil pengecekan darah kemarin.

Dari hasil tes darah, saya membaca hasilnya sekilas tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Hanya saja nilai asam urat yang agak tinggi sedikit. Saya bisa membaca hasil tes darah itu karena tertera nilai rujukan. Jika tidak ada nilai rujukan, saya pasti tidak memahaminya.

Lagi-lagi kami pun pulang ke rumah dengan hampa.

Hari Ketiga

Hari ketiga kami di rumah sakit jatuh pada hari Jumat. Kami khawatir jika hari itu tidak selesai juga, maka kami harus kembali hari Senin. Waduh, melelahkan juga ya!

Kami tiba di rumah sakit pukul 08.15 WIB. Hari itu pasien tidak terlalu ramai di loket pendaftaran. Kami menunggu sekitar 15 menit barulah nomor antrian kami dipanggil. Dari loket pendaftaran, kami membagi tugas. Saya langsung menuju ke Poli Jantung untuk menyerahkan berkas dan abang saya menuju ke ruang Radiologi untuk mengambil hasil tes foto. 
 
Di poli, petugas menanyakan dokter yang kami pilih. Hari itu ada dua dokter yang bertugas, yaitu dr. Haris dan dr. Aris. Waduh, saya juga bingung harus memilih mana. Saya meminta saran ke petugas dan diberikanlah oleh petugas untuk kami dr. Aris Munandar. Kami menunggu di ruang tunggu sekitar satu jam. Barulah kemudian kami berhasil menemui dokter. Saya menyampaikan semua keluhan yang dialami oleh pasien dan menyerahkan semua hasil tes yang telah kami lakukan selama di rumah sakit. 

Dr. Aris Munandar membaca hasil tes kami dan menyimpulkan bahwa hasil tes masih dalam keadaan yang normal. Namun, karena pasien cepat lelah ketika berjalan, dokter menyuruh kami untuk melakukan tes treadmill. Jam sudah menunjukkan pukul 10.30 WIB. Kami harus bergegas agar bisa menyelesaikan seluruh rangkaian tes. 

Tiba di lantai 2, saya menemukan petugas yang kurang senyum. Saat saya menunjukkan surat dari dr. Aris Munandar, petugas malah menyarankan kami untuk kembali setelah lebaran. Alasannya mungkin logis juga karena tes treadmill membutuhkan banyak energi, apalagi kondisi pasien sedang berpuasa. Tapi, kami bersikeras untuk dilakukan tes treadmill agar dokter bisa menyimpulkan dengan jelas diagnosa penyakit pasien. Dengan agak merengut, petugas itu pun segera mempersiapkan tes treadmill.
 
Pengalaman berobat di RSUDZA Banda Aceh
Pemeriksaan treadmill.
 
Tidak lama kemudian, pasien melakukan tes treadmill yang ditangani oleh beberapa orang dokter. Abang saya hanya bisa meneyelesaikan kurang dari tiga menit tes tersebut. Dokter menghentikan tes treadmill dan mencetak hasil tes tersebut. Sekilas kondisi fisik pasien memang belum terlihat kelelahan, tapi jika dilanjutkan barangkali akan berdampak buruk seperti kelelahan berat. Setelah hasilnya dicetak, dokter yang melakukan tes membawa hasil tes kepada dr. Aris Munandar.

Beberapa saat kemudian, dokter kembali dan menyerahkan hasil tes tersebut. Kami diarahkan untuk menemui kembali dr. Aris Munandar. Kami segera ke Poli Jantung. Tepat pukul 12.00 WIB. Dan alhamdulillah, dokter masih berada di sana. Kami segera menyerahkan hasil tes tersebut. Dr. Aris Munandar menjelaskan bahwa dari hasil tes tersebut memang positif mengalami masalah jantung. Ada beberapa data yang terbaca dan saya tidak memahaminya. 

Hasil diagnosa penyakit akhirnya kami ketahui bahwa abang saya mengalami masalah pembuluh darah yang menyebabkan jantungnya juga ikut bermasalah. Dokter menyarankan untuk dipasang cincin di jantung pasien. Tapi, abang saya belum memberikan jawaban karena harus berpikir terlebih dahulu. Dokter lalu memberikan obat-obatan selama sebulan konsumsi. 
 
Pengalaman berobat di RSUDZA Banda Aceh
Pengambilan obat di apotek.

Kesimpulan

Selama tiga hari berada di RSUDZA, akhirnya kami memperoleh hasil yang jelas terkait penyakit yang dialami oleh abangku. Meskipun kami membutuhkan proses yang lama karena harus mengantri dan beberapa hasil tes harus diambil keesokan harinya. 

Itulah pengalamanku berobat di Poli Jantung RSUDZA Banda Aceh. Sebagai rumah sakit provinsi yang jadi rujukan daerah, RSUDZA memiliki beberapa peralatan yang bagus. Pelayanan memang bagus. Namun, alangkah lebih baiknya harus harus lebih ditingkatkan lagi agar pasien-pasien tidak terlalu lama menunggu. Kan kasihan pasien yang sedang sakit harus dibiarkan lama menunggu. []

0 Response to "Pengalaman Berobat di Poli Jantung RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel