Pengalaman Berobat di Poli Jantung RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh
Rabu, 19 April 2023
Add Comment
Hari Pertama
Pada tanggal 12 April 2023, saat itu bertepatan dengan 21 Ramadan 1444 H, saya menemani abang kandung untuk berobat jalan ke RSUD Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh tepatnya di Poli Jantung.
Sebagai
pasien baru, kami mengambil nomor antrian. Saat mengambil nomor antrian
itu, jam menunjukkan pukul 07.30 WIB dengan nomor antri A16. Untuk
pasien baru diberi kode A sedangkan pasien lama atau pasien kontrol
ulang dengan kode B. Saat itu pasien sudah mulai ramai. Kami berpikir
bahwa hari itu bakalan panjang dan lama.
Ketika
sudah di loket pendaftaran, terlihat petugas agak kebingungan dengan
surat rujukan dari RS Arun Lhokseumawe. Di sana tertulis kardiovaskular.
Petugas memberi opsi kepada kami untuk berobat ke Poli Penyakit Dalam
atau Poli Jantung. Kami pun kebingungan dan bertanya balik. Lalu abang saya
meminta untuk ke Poli Penyakit Dalam dulu. Mungkin saja penyakit yang
dialaminya bukan jantung, melainkan lambung.
Oya, sebelum kami berobat di RSUDZA, abang saya pernah berobat ke beberapa
dokter spesialis di Lhokseumawe. Dokter-dokter tersebut memiliki
diagnosa yang berbeda-beda. Ada yang memvonis bahwa penyakitnya adalah
kelainan jantung dan ada juga yang mengatakan bahwa nyeri yang dialami
selama ini disebabkan oleh gangguan lambung. Dokter-dokter di sana pun
memberikan obat-obatan. Tapi obat-obatan tersebut belum memberikan hasil
yang signifikan.
Oleh RS Arun Lhokseumawe
menyarankan agar abang saya berobat ke RSUDZA. Nah, di sinilah kami
sekarang berada. Ini pengalaman pertama bagi abang saya karena sebelumnya
ia tidak pernah berurusan dengan masalah kesehatan. Jadi, ia mengajak saya
untuk menemaninya ke rumah sakit. Saya sendiri pernah berurusan dengan
Poli Jantung ini sekitar akhir tahun 2021. Saat itu saya juga mengalami
nyeri di dada dan mudah kelelahan. Serangkaian tes untuk melihat kondisi
jantung telah dilakukan, seperti EKG, Echocardiografi (Echo jantung),
dan tes treadmill. Alhamdulillah, hasil-hasil tersebut menunjukkan arah
negatif. Artinya jantung saya masih sehat-sehat saja.
Dari
loket pendaftaran, kami menuju ke Poli Penyakit Dalam di lantai 2.
Setiba di sana, beberapa pasien tampak menunggu di depan poli. Saya
menyerahkan berkas administrasi ke petugas. 15 menit kemudian, nama
abang saya dipanggil dan kami bergegas ke sana. Petugas mengatakan bahwa
kami harus menuju ke Poli Jantung. Waduh, dari tadi kami menunggu dan
ternyata kami diarahkan ke poli lain. Abang saya tampak kesal dan sesekali
menggerutu karena tidak bertemu dengan dokter spesialis penyakit dalam.
Di Poli Jantung, antrian pasien
sangat ramai. Hari itu hanya ada dua orang dokter yang bertugas, yaitu
dr. Maha Fitra dan dr. Azhari Gani. Petugas menanyakan kepada kami ingin
konsultasi ke dokter mana. Saya kebingungan karena tidak mengetahui
latar belakang keduanya. Kemudian saya menjawab agar berkas kami ditempatkan ke dokter yang tersedia. Oleh petugas, berkas kami dimasukkan ke daftar pasien
dr. Azhari Gani. Namun, saya baru menyadari bahwa hanya dr. Maha Fitra
yang sudah masuk ke poli. Bisa dibayangkan bagaimana dokter itu harus
menghadapi pasien yang begitu banyaknya. Kami pun menunggu. Sang dokter
pun belum tiba. Lebih dari satu jam kami menunggu dan tidak ada
tanda-tanda apa pun. Abang saya semakin kesal karena ia memang tipe yang
tidak sabaran.
Lalu saya meminta kepada petugas
agar berkas kami dimasukkan saja ke dr. Maha Fitra. Dan tidak lama
kemudian, nama abang saya mulai dipanggil untuk masuk ke dalam poli.
Sebelum melakukan konsultasi dengan dokter, terlebih dahulu pasien
dilakukan pengecekan darah. Hasil tensi darah abang saya adalah 133 / 81
dan masih dalam kadar yang normal. Di dalam poli, kami harus menunggu
lagi. Hampir setengah jam kami menunggu dan baru kami memperoleh
kesempatan untuk menemui dokter.
Saya pun
menceritakan semua keluhan yang dialami oleh pasien. Dokter menyimak
dengan seksama dan menyarankan untuk tes EKG terlebih dahulu. Setelah
pengecekan EKG, kami kembali menemui dokter. Dari hasil tes EKG
menunjukkan jantung pasien tidak mengalami masalah yang signifikan.
Tapi, itu belum bisa menjadi acuan. Kemudian dokter menyarankan untuk
tes darah dan foto. Nah, pada hari itu, hanya tes darah yang bisa kami
lakukan. Sedangkan untuk foto tidak bisa dilakukan karena kertas klaim
BPJS telah habis kami gunakan. Oya, saat pendaftaran pasien hanya
diberikan kertas klaim beberapa lembar, yang berwarna putih, hijau,
kuning, dan merah. Saat di Poli Penyakit Dalam diambil satu, saat EKG
diambil satu, saat tes darah diambil satu, dan untuk Poli Jantung satu.
Jadi, untuk foto rontgen tidak tersedia lagi lembarannya sehingga kami
harus kembali besok.
Pasien sedang menunggu dipanggil oleh petugas untuk menemui dokter. |
Saat tes darah, tidak
terlalu lama kami menunggu. Hanya ada beberapa pasien saja. Tapi, hasil
tes darah harus diambil keesokan harinya. Pada hari pertama kami
berobat, kami belum memperoleh hasil diagnosa penyakit yang dialami oleh
abang saya. Kami harus kembali lagi besok ke Poli Jantung.
Hari Kedua
Pada
hari kedua, kami tiba di rumah sakit sekitar pukul 08.30 WIB. Dari
loket pendaftaran, kami hanya berada sekitar kurang dari setengah jam. Tidak terlalu lama juga karena banyak loket pendaftaran yang
petugasnya siaga.
Saat
di poli, saya berharap bisa melakukan foto dan sekaligus konsultasi
dengan dokter. Saya tidak tahu siapa dokter yang bertugas di hari itu.
Oleh petugas mengatakan bahwa tidak mungkin untuk konsultasi dengan
dokter pada hari tersebut sekaligus melakukan foto rontgen. Karena hasil foto
dada akan selesai pada keesokan harinya.
"Apa tidak bisa siap hari ini untuk hasil fotonya?" tanya saya bersikeras.
"Tidak!"
jawab petugas, "karena banyak sekali pasien yang harus ditangani
sehingga memerlukan waktu yang agak lama bagi dokter untuk membaca hasil
fotonya."
Saya agak kecewa, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Petugas menulis surat kontrol
ulang dan kami harus kembali keesokan harinya. Dari Poli Jantung, kami
menuju ruang Radiologi untuk foto dada. Di sana tidak butuh waktu lama.
Hanya sebentar saja dan selesai. Dari Radiologi, kami menuju ke
laboratorium untuk mengambil hasil pengecekan darah kemarin.
Dari
hasil tes darah, saya membaca hasilnya sekilas tidak ada yang perlu
dikhawatirkan. Hanya saja nilai asam urat yang agak tinggi sedikit. Saya bisa membaca hasil tes darah itu karena tertera nilai rujukan. Jika
tidak ada nilai rujukan, saya pasti tidak memahaminya.
Lagi-lagi kami pun pulang ke rumah dengan hampa.
Hari Ketiga
Hari
ketiga kami di rumah sakit jatuh pada hari Jumat. Kami khawatir jika
hari itu tidak selesai juga, maka kami harus kembali hari Senin. Waduh,
melelahkan juga ya!
Kami
tiba di rumah sakit pukul 08.15 WIB. Hari itu pasien tidak terlalu
ramai di loket pendaftaran. Kami menunggu sekitar 15 menit barulah nomor
antrian kami dipanggil. Dari loket pendaftaran, kami membagi tugas. Saya langsung menuju ke Poli Jantung untuk menyerahkan berkas dan abang saya
menuju ke ruang Radiologi untuk mengambil hasil tes foto.
Di
poli, petugas menanyakan dokter yang kami pilih. Hari itu ada dua
dokter yang bertugas, yaitu dr. Haris dan dr. Aris. Waduh, saya juga
bingung harus memilih mana. Saya meminta saran ke petugas dan
diberikanlah oleh petugas untuk kami dr. Aris Munandar. Kami menunggu di ruang tunggu sekitar satu jam. Barulah kemudian kami
berhasil menemui dokter. Saya menyampaikan semua keluhan yang dialami
oleh pasien dan menyerahkan semua hasil tes yang telah kami lakukan
selama di rumah sakit.
Dr.
Aris Munandar membaca hasil tes kami dan menyimpulkan bahwa hasil tes
masih dalam keadaan yang normal. Namun, karena pasien cepat lelah
ketika berjalan, dokter menyuruh kami untuk melakukan tes treadmill. Jam
sudah menunjukkan pukul 10.30 WIB. Kami harus bergegas agar bisa
menyelesaikan seluruh rangkaian tes.
Tiba
di lantai 2, saya menemukan petugas yang kurang senyum. Saat saya menunjukkan surat dari dr. Aris Munandar, petugas malah menyarankan kami
untuk kembali setelah lebaran. Alasannya mungkin logis juga karena
tes treadmill membutuhkan banyak energi, apalagi kondisi pasien sedang
berpuasa. Tapi, kami bersikeras untuk dilakukan tes treadmill agar
dokter bisa menyimpulkan dengan jelas diagnosa penyakit pasien. Dengan agak
merengut, petugas itu pun segera mempersiapkan tes treadmill.
Pemeriksaan treadmill. |
Tidak
lama kemudian, pasien melakukan tes treadmill yang ditangani oleh
beberapa orang dokter. Abang saya hanya bisa meneyelesaikan kurang dari
tiga menit tes tersebut. Dokter menghentikan tes treadmill dan mencetak
hasil tes tersebut. Sekilas kondisi fisik pasien memang belum terlihat
kelelahan, tapi jika dilanjutkan barangkali akan berdampak buruk seperti
kelelahan berat. Setelah hasilnya dicetak, dokter yang melakukan tes
membawa hasil tes kepada dr. Aris Munandar.
Beberapa
saat kemudian, dokter kembali dan menyerahkan hasil tes tersebut. Kami
diarahkan untuk menemui kembali dr. Aris Munandar. Kami segera ke Poli
Jantung. Tepat pukul 12.00 WIB. Dan alhamdulillah, dokter masih berada
di sana. Kami segera menyerahkan hasil tes tersebut. Dr. Aris
Munandar menjelaskan bahwa dari hasil tes tersebut memang positif
mengalami masalah jantung. Ada beberapa data yang terbaca dan saya tidak
memahaminya.
Hasil
diagnosa penyakit akhirnya kami ketahui bahwa abang saya mengalami masalah
pembuluh darah yang menyebabkan jantungnya juga ikut bermasalah. Dokter
menyarankan untuk dipasang cincin di jantung pasien. Tapi, abang saya belum memberikan jawaban karena harus berpikir terlebih dahulu. Dokter
lalu memberikan obat-obatan selama sebulan konsumsi.
Kesimpulan
Selama
tiga hari berada di RSUDZA, akhirnya kami memperoleh hasil yang jelas
terkait penyakit yang dialami oleh abangku. Meskipun kami membutuhkan
proses yang lama karena harus mengantri dan beberapa hasil tes harus
diambil keesokan harinya.
Itulah
pengalamanku berobat di Poli Jantung RSUDZA Banda Aceh. Sebagai rumah
sakit provinsi yang jadi rujukan daerah, RSUDZA memiliki beberapa
peralatan yang bagus. Pelayanan memang bagus. Namun, alangkah lebih
baiknya harus harus lebih ditingkatkan lagi agar pasien-pasien tidak
terlalu lama menunggu. Kan kasihan pasien yang sedang sakit harus dibiarkan lama menunggu. []
0 Response to "Pengalaman Berobat di Poli Jantung RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh"
Posting Komentar