Pantai Jagu Lhokseumawe, Titik Terbaik untuk Menikmati Matahari Terbit
Pantai Jagu Lhokseumawe telah menjadi sasaran wisata baru bagi masyarakat Kota Lhokseumawe khususnya. Namun, keindahan Pantai Jagu Lhokseumawe ternyata tidak hanya menjadi magnet bagi masyarakat sekitar, para wisatawan juga mulai melirik tempat wisata baru tersebut berkat adanya promosi.
Sebagai salah satu wisata bahari, pantai ini menjadi tempat yang cocok untuk bersantai di sore hari. Kita bisa duduk di batu-batu besar yang dijadikan sebagai tanggul penahan dan memandang keindahan laut disertai merdunya irama ombak yang menghantam batu-batu besar tersebut.
Setiap sore hari, pantai ini ramai dikunjungi oleh masyarakat Kota Lhokseumawe, meskipun terlihat juga satu atau dua orang wisatawan yang bukan masyarakat kota. Mereka barangkali penasaran dengan dengung keindahan Pantai Jagu Lhokseumawe yang kerap mereka lihat di media sosial.
Namun, sebenarnya salah satu daya tarik pantai ini (menurutku) adalah di pagi hari. Ya, di sini kita bisa menikmati sekaligus menyaksikan matahari terbit dengan indahnya. Itu pun kalau cuaca sangat mendukung. Memang jarang sekali saya melihat warga sekitar yang nongkrong di pagi hari. Tapi, ketika bulan Ramadan, Pantai Jagu Lhokseumawe menjadi titik terbaik untuk berkumpul setelah salat Subuh sambil mengawal matahari terbit.
Matahari akan muncul tepat di hadapan kita. Anda bisa melihatnya sendiri dari beberapa foto yang akan saya bagikan di sini nantinya ya. Saat matahari mulai terbit, saya bisa melihat matahari serupa koin logam yang sedang ditempah di bara api sehingga memercikkan api berwarna emas kekuningan. Percikan api inilah ibarat golden hour yang bisa kita nikmati keindahannya di ufuk timur.
Saat saya mengunjungi Pantai Jagu Lhokseumawe di pagi Ramadan, saya melihat beberapa kumpulan orang-orang yang nongkrong di sana. Namun, ada juga yang sedang duduk-duduk sendirian sambil merenung atau hanya sekadar kontemplasi diri. Bukankah bulan Ramadan merupakan juga bulan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan lewat kontemplasi diri?
Pengunjung sedang duduk di landmark icon Pantai Jagu Lhokseumawe sambil menghadap ke arah matahari terbit. |
Keindahan Matahari Terbit
Pada suatu pagi di bulan Ramadan 1444 H, saya dan Emier (anak yang kedua) menuju ke Pantai Jagu. Saat itu masih pukul 6 pagi. Lempengan matahari itu akan mulai tampak sekitar pukul 6 lewat 15. Jadi saya memiliki waktu 15 menit lagi. Beruntung jarak tempuh dari rumah ke lokasi pantai hanya 10 menit saja.
Sesampainya di sana, beberapa masyarakat sudah mulai berkumpul di sana. Saya mengeluarkan kamera Sony a6000 dengan lensa bawaan. Saya mencari tempat terbaik untuk memotret matahari terbit. Dan saya menemukannya. Inilah salah satu hasil foto itu.
Foto yang berhasil saya peroleh saat matahari mulai terbit di Pantai Jagu Lhokseumawe dengan Sony a6000 lensa bawaan. |
Emier sedang berusaha mengkap matahari |
Tidak perlu diragukan lagi bahwa Pantai Jagu Lhokseumawe menjadi titik terbaik untuk menikmati matahari terbit. Di pagi hari, pengunjung bisa juga menyaksikan beberapa nelayan tradisional sedang menarik tali pukat. Dalam kearifan lokal, istilah tersebut dinamakan dengan tarek pukat. Nelayan tradisional yang terdiri dari beberapa orang akan menarik tali pukat itu hingga ke daratan. Kedua ujung tali ditarik oleh beberapa orang. Ujung tali pertama bisa saja berjumlah 4 atau 5 orang bahkan lebih. Begitu juga dengan ujung tali kedua. Sebelum tali pukat ditarik ke daratan, terlebih dahulu pukat itu disebarkan ke laut yang jaraknya bisa lebih kurang 500 meter dari bibir pantai.
Para nelayan sedang melakukan tarek pukat. |
Tarek pukat seakan menjadi tontonan menarik bagi masyarakat yang mengunjungi Pantai Jagu Lhokseumawe di pagi hari. Beberapa di antaranya bahkan rela menunggu hingga pukat ditarik seluruhnya hingga ke daratan. Mereka biasanya ingin membeli langsung ikan-ikan dari hasil tarek pukat. Selain harganya lebih murah, ikannya juga sangat segar. Namun, beberapa nelayan tidak menjual hasil tangkapan mereka kepada masyarakat.
Tarek pukat biasanya dilakukan di pagi hari, tapi aku juga sering melihat tarek pukat di sore. |
Penamaan Pantai Jagu
Pantai Jagu Lhokseumawe adalah sebuah konsep pariwisata yang dikembangkan oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe dengan menjadikan kawasan kumuh sebagai objek wisata. Ya, sebelumnya kawasan ini merupakan kawasan pemukiman kumuh yang jorok sekali. Melalui program Kotaku (Kota Tanpa Kumuh), Pemerintah Kota berhasil menjadikan kawasan kumuh yang terletak di Desa Kampung Jawa Lama dan Desa Hagu Selatan ini menjadi destinasi wisata baru seperti yang aku nikmati saat ini.
Kawasan pantai ini dibangun berkat kerjasama antara Program Kotaku dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Republik Indonesia serta Pemerintah Kota Lhokseumawe. Kolaborasi ketiga lembaga tersebut berhasil mengatasi pemukiman kumuh ilegal dan menata rapi kawasan tersebut dengan membangun jalan beton, drainase lingkungan, lampu penerangan, dan lain-lain.
Penataan kawasan Jagu tersebut ternyata membawa dampak perekonomian yang lebih bagus. Para nelayan tradisional memiliki akses lebih mudah dengan jalanan yang berbeton sehingga hasil tangkapan mereka segera bisa dijual ke masyarakat. Bagi pedagang kecil juga membawa berkah karena setiap sore mereka berjualan di sana. Para pengunjung juga bisa menikmati aneka jajanan sambil menikmati keindahan laut.
Semoga Pantai Jagu Lhokseumawe dapat membantu peningkatan kehidupan ekonomi masyarakat pesisir. []
0 Response to "Pantai Jagu Lhokseumawe, Titik Terbaik untuk Menikmati Matahari Terbit "
Posting Komentar